Jumat, 13 Desember 2013

CONTOH PTK UNTUK MAHASISWA PGSD



BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Semua manusia di dalam hidupnya di dunia ini, selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut Agama. Mereka merasakan bahwa dalam hal jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa, temapat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan  Nya. Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang sudah modern. Mereka akan merasa tenang dan tenteram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Dzat Yang Maha Kuasa.
Karena itu maka manusia akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan hanya  cara mereka mengabdi dan mendekatkan diri kepada Tuhan itu berbeda-beda sesuai dengan agama yang dianutnya. Itulah sebabnya, bagi orang-orang Muslim diperlukan adanya Pendidikan  Agama Islam, agar manusia dapat mengarah kepada fitrah mereka tersebut kearah yang benar, sehingga mereka akan dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam. Tanpa adan ya Pendidikana Agama dari satu generasi berikutnya, maka orang akan semakin jauh Agama yang benar.
Dengan adanya gambaran tersebut maka dalam konsep Penelitian Tindakan Kelas ini akan mencoba meneliti dan mencari jalan keluar (way out}  dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak untuk menghadapi masalah-masalah dari yang paling kecil sampai kepada masalah yang sulit yang akan mereka hadapi pada kehidupan yang akan datang, karena seperti dalam penjelasan diatas bahwa untuk mencari kehidupan yang mawadah warahmah  tidak lepas dari permasalahan yang akan mereka hadapi sebelum dan pada waktu  menjalani kehidupan yang sebenarnya. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti masalah tersebut dan mengangkatnya dalam penelitian action research,dengan judul “meningkatkan motivasi siswa melalui metode Problem Solving Terhadap Mata Pelajaran Fiqih di kelas VII D,E MTsNI Malang III Gondang Legi”.

B. Rumusan masalah

            Dalam penelitian akan menjawab pertanyaan-pertanyaan atau menginformasikan jalan keluar dalam menghadapi permasalahan-permasalahn hidup melalui pendidikan dan pengajaran.
  1. Apakah penerapan metode problem solving  dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam memahami mata pelajaran pendidikan agama Islam di kelas VII D,E MTsN  Malang III Gondang Legi?
  2. C. Tujuan penelitian
            Pada penelitian ini bertujuan untuk :
  1. Untuk  mengetahui dampak dari penerapan  metode problem solving  terhadap peningkatan motivasi belajar siswa kelas VII D,E MTsN  Malang III Gondang Legi.
  2. Melatih keberanian anak dan rasa tanggung jawab dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan kelak dimasyarakat.

D. Manfaat Penelitian.
  1. Sekolah lembaga.
Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi lembaga sekaligus kerangka acuan dalam mengembangkan hal-hal yang perlu dikembangkan yang berkaitan dengan pemecahan masalah segala kesulitan belajar. Sehingga kesulitan belajar siswa dapat diatasi.
  1. Guru.
Sebagai tolak ukur bagi metode yang telah disampaikan  oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar dikelas, sehingga  guru  dapat menggunakan metode yang lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar guna  mencapai terhadap berbagai tujuan yang diinginkan.
  1. Siswa.
Disamping penguasaan bahan pelajaran siswa juga sekaligus merupakan  latihan berfikir kritis dan analitis  dalam menghadapai masalah-masalah kehidupan kelak.
  1. Peneliti.
Dapat menambah  hasanah keilmuan penelitian khususnya peneliti dan pembaca pada umumnya sehingga dapat mengembangkan pengetahuan-pengetahuan dengan wawasan yang lebih luas baik secara teoritis maupun praktis. 

E. Hipotesis Penelitian.


            Penilitian ini dimakdsudkan untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan metode problem solving   terhadap peningkatan motivasi siswa dalam semangat belajar siswa kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Maka untuk merealisasikan tujuan tersebut perlu dirumuskan sekenario tindakan pembelajaran, alat pembelajaran dan personalianya dan lain sebagainya.
Sekenario tindakan pembelajaran.
            Penelitian ini dilaksanakan setiap hari senin, dan peneliti ikut berpatispasi didalamnya, artinya sebagai Guru Fiqih Kelas VII D,E MTsN Malang IIII Gondang Legi. dalam pelaksaanya , guru mengajukan suatu  metode problem solving  (pemecahan masalah) kepada sisiwa dan menjelaskan tentang langkah-langkahnya dalam mata pelajaran Fiqih Kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi, kemudian  guru menyuruh siswa untuk belajar dari berbagai buku yang dapat menunjang terhadap  materi Pendidikan Agama Islam tersebut agar suasana kelas menjadi hidup. Kemudian pada pertemuan selanjutnya dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dikelas, guru mengajukan  suatu permasalahan, kemudian guru meminta kepada siswa untuk memecahkannya, atau sebaliknya siswa megajukan suatu permasalahan kemudian guru mengajak siswa dengan cara memberikan stimulus untuk memecahkannya secara bersama-sama, setelah itu guru  menyimpulkan dan memberikan motivasi kepada siswa untuk terus giat dalam belajar disertai dengan menutup pelajaran, begitu pula dengan pertemuan berikutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Pendidikan dapat diartikan  sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembanagn jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama  sehingga pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.
Dalam proses pendidikan Islam, metode tepat guna bila ia mengandung nilai-nilai yang interistik dan ekstrintik sejalan dengan materi pelajaran secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai yang ideal  yang terkandung dalam tujuan Pendidikan Agama Islam. Antara metode, kurikulum dan tujuan pendidikan islam mengandung keterkaitan yang ideal dan operasional dalam proses kependidikan. Oleh karena proses kependidikan mengandung makna internalisasi dan transformasi nilai-nilai Islam kedalam pribadi  manusia didik dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman, bertaqwa  dan berilmu pengetahuan yang amaliah mengacu kepada tuntutan agama dan tuntutan kebutuhan hidup bermasyarakat. ( Ismail sm, 2001 : 20).



B. Pengertian Problem Solving.
          Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam metode problem solving menurut lowson adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan  masalah-masalah secara rasional, lugas, tuntas. Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep. Prinsip-prinsip dan generalisasi instight  (tilikan akal)[1]
            Sedangkan menuruit Reber problem solving adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai akal sehat) yang bertujuan ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. siswa diharapkan memiliki kemampuan  rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis.[2]

C. Unsur-unsur Metode Problem Solving
            Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yag memuaskan. Namun dalam kenyataan sehari-hari tampak jelas perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang mencolok antara siswa dengan siswa yang lain.
Selanjutnya menurut  Geone  seorang education psicolog (pakar psikologim pendidikan)  yang masyhur menganjurkan empat unsure penting yang harus diimplementasikan dan mengatsai permasalahan siswa :
1.      Transfer positif, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya.
2.      Transfer negatif, yaitui transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya.
3.      Transfer vertical, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/ktrampilan yang lebih tinggi.
4.      Transfer inerval, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/ ketrampilan selanjutnya.[3]
Selanjutnya dalam implementasi dari pada metode problem solving  terdapat unsure kekurangan dan kelebihannya;

Kelebihan metode problem solving

  1. Situasi belajar menjadi aktif, hidup bermutu dan berdaya guna.
  2. Mendidik murid untuk berpikir secara sistematis.
  3. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
  4. Disamping penguasaan bahan pelajaran, sekaligus merupakan latihan berpikir kritris dalam menghadapi masalah-masalah.
  5. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapai dan memcahkan masalah secara terampil apabila mengahadapi permasalahan didalam kehidupan keluarga, dan masyarakat kelak.
  6. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa acara kreatif menyeluruh, karena dalam proses belajar mengajar siswa banyak melakukan mental, menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.
  7. Latihan keberanian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri.
Kekurangan metode problem solving.
1.      Menentukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalamanya yang dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru. Sering orang beranggapan keliru, bahwa metode problem solving hanya cocok untuk tingkat MTs, SLTP, MA, SLTA dan PT saja. Padahal untuk siswa SDF sederajat juga biasa dilakukan dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berfikir  anak. 
2.      Kesulitan mencari atau memilih masalah  yang tepat, berguna sesuai dengan kemampuan anak.
3.      Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
4.      Banyak menimbulkan resiko, terutama bagi murid yang kurang mampu, sehingga akan dapat menyebabkan mereka frustasi (putus asa) dan rendah diri.
5.      Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan  dan menerima informasi dari guru menjadi belajar denga hanya berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok yang yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar.
6.      Guru akan mengalami kesulitan dalam mengevaluasi secara tepat proses pemecahan masalahan yang ditempuh anak didik.

D. Teknik-teknik dalam Metode Problem Solving
            Metode problem solving   (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu proses berpikir, sebab dalam problem solving  dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencarai data sampai kepada menarik kesimpulan. Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
1.      Mencari data atau keterangan yang dapat digunkan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku, meneliti, bertanya, berdiskusi dan lain sebagainnya.
2.      Menetapkan jawaban sementara dari permasalahan tersebut.  Dengan  jawaban  ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh pada langkah kedua di atas.
3.      Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok, apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode lainnya, seperti  demonstrasi, tugas, diskusi dan lain sebagainnya.
4.      Menarik kesimpulan, artinya siswa harus sama kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. ( saiful bakhri dkk, 1996: 104)
Disamping langkah tersebut juga terdapat langkah-langkah yang lain yaitu sebagai berikut:
1.      Pengenalan masalah kesulitan masalah.
2.      Pengidentifisian masalah.
3.      Sara-saran mengenai berbagai kemungkinan pemecahan.
4.      Pengujian hipotesis.
5.      Memferifikasikan kesimpulan  p2Muhainÿÿ dkk :ÿÿÿÿ9 ÿÿ
ujl360
E. Pengertian Motivasi.
          Menurut Gleirma  dan Reber , pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasuk daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.
            Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam.
  1. Motivasi interistik.
  2. Motivasi ekstritik.
Motivasi Interistik adalah hal dan keadaan  yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakuakan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi interistik siswa adalah per0asaan menyenangi materi dan kebutuhan nya terhadap materi tersebiut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yanmg bersangkutan.
Adapun motivasi ekstrintik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa juga yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh kongkrit motivasi ekstrintik yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi. Baik yang bersifat eksternal akan menyebabkan kurang semangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi –materi pelajaran baik disekolah maupun dirumah.[4]
F. Karakteristik Motivasi.

          Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada motivasi tersebut justru mengisyaratkan guru bertindak taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dihayati, dialami, dan merupakan kekuatan mental pembelajaran belajar. Dari siswa, motivasi tersebut perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring, yang selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat, sebgai perwujudan emansipasi kemandirian tersebut terwujud dalam cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa,kondisi siswa, kemampuan siswa mengatasi kondisi lingkungan negatif, dan dinamika siswa dalam belajar. Dengan demikian, miotivasi belajar pada siswa, yang harus didentifikasikan oleh guru, seyogyannya dikelola dalam acara pembelajaran.



BAB III
METODE PENELITIAN

A.Setting penelitian


Penelitian ini dilakukan di MTsN Malang III Gondang Legi pertama kali berdiri dengan nama dengan menggunakan pendekatan kualitatif  yaitu penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantitatif  ( pengukuran )[5]

1.Perencanaan tindakan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas dari penggunaan metode problem solving terhadap peningkatan semangat belajar siswa kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Maka untuk merealisasikan tujuan tersebut perlu dirumuskan skenario tindakan pembelajaran, alat pembelajaran dan personalianya dan lain sebagainya.
·                  Skenario tindakan pembelajaran
Penelitian ini dilaksanakan setiap hari Sabtu, dan peneliti ikut berpartisipasi di dalamnya, artinya peneliti sebagai guru Fiqih Kelas VII D,E. dalam pelaksanaannya, guru mengajukan suatu metode problem solving (pemecahan masalah) kepada siswa dan menjelaskan tentang langkah-langkahnya dalam mata pelajaran Fiqih Kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi, kemudian guru menyeluruh siswa untuk belajar dari berbagai buku yang dapat menunjang terhadap materi Fiqih tersebut agar suasana kelas menjadi hidup. Kemudian pada pertemuan selanjutnya dalam pelaksanakan proses balajar mengajar di kelas, guru mengajukan suatu permasalahan, kemudian guru meminta kepada siswa untuk memecahkannya, atau sebaliknya siswa mengajukan suatu permasalahan kemudian guru mengajak siswa dengan cara memberikan stimulus untuk memecahkannya secara bersama-sama, setelah itu guru menyimpulkan dan memberikan motivasi kepada siswa untuk terus giat belajar disertai dengan menutup pelajaran, begitu pula dengan pertemuan berikutnya.
2.Implementasi Tindakan
            Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan dua siklus selama 5 x pertemuan dan tiap siklus dengan 3x pertemuan dan 2x pertemuan, tepatnya setiap hari Saptu . Kegiatan tersebut yaitu:
Pertemuan awal
Pada Tanggal 18 Agustus 2007
Tahap awal:
a.       Membuka pelajaran.
b.      Perkenalan antara peneliti dan siswa
Tahap inti.
a.       Peneliti mengadaka dialog dengan siswa mengenai pelajaran Fiqih secara global.
b.      Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai pelajaran Fiqih secara global.
c.       Peneliti menawarkan metode problem solving dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
d.      Peneliti memberikan pemahaman mengenai metode problem solving  dan langkah-langkahnnya.
Tahap akhir
a.       Peneliti memberikan himbauan dan motivasi kepada siswa untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas minggu depan.
b.      Peneliti menutup pelajaran.


Pertemuan kedua.
Pada tanggal 18 Aguatus 2007
Tahap awal
a.       Membuka pelajaran.
b.      Pemberian motivasi dan appersepsi.
Tahap inti
a.       Peneliti mengadakan dialog dengan siswa mengenai pelajaran Fiqih secara global.
b.      Peneliti memberikan pertanyan kepada siswa mengenai pelajaran Fiqih secara global.
c.       Peneliti menawarkan metode problem solving dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
d.      Peneliti memberikan pemahaman mengenai metode problem solving dan langkah-langkahnya.
Tahap akhir
a.       Peneliti memberikan himbauan dan motivasi kepada siswa untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan  materi yang akan dibahas minggu depan.
b.      Peneliti menutup pelajaran.

Pertemuan ketiga.
Pada tanggal 25 Agustus 2007
Tahap awal:
a.       Membuka pelajaran.
b.      Perkenalan antara peneliti dan siswa
Tahap inti :
a.       Peneliti mengadakan dialog dengan siswa mengenai pelajaran Fiqih secara global.
b.      Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai Fiqih secara gobal.
c.       Peneliti menawarkan metode problem solving dalam kegiatan belajar dikelas.
d.      Peneliti memberikan pemahaman mengenai  metode problem solving dan langkah-langkahnya.
Tahap akhir
a.       Peneliti memberikan himbauan dan motivasi kepada siswa untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas minggu depan.
b.      Peneliti menutup pelajaran
Pertemuan keempat.
Pada tanggal 25 Agustus 2007
Tahap awal :
a.       Membuka pelajaran
b.      Perkenalan antara peneliti dan siswa.
Tahap inti :
a.       Peneliti mengadakan dialog dengan siswa mengenai pelajaran Fiqih secara global.
b.      Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai Fiqih secara gobal.
c.       Peneliti menawarkan metode problem solving dalam kegiatan belajar dikelas.
d.      Peneliti memberikan pemahaman mengenai  metode problem solving dan langkah-langkahnya.
Tahap akhir
a.       Peneliti memberikan himbauan dan motivasi kepada siswa untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas minggu depan.
b.      Peneliti menutup pelajaran.


 Pertemuan kelima.
Pada Tanggal 1 september 2007
Tahap awal :
a.       Membuka pelajaran
b.      Perkenalan antara peneliti dan siswa
Tahap inti :
a.       Peneliti mengadakan dialog dengan siswa mengenai pelajaran Fiqih secara global.
b.      Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai Fiqih secara gobal.
c.       Peneliti menawarkan metode problem solving dalam kegiatan belajar dikelas.
d.      Peneliti memberikan pemahaman mengenai  metode problem solving dan langkah-langkahnya.
Tahap akhir
a.       Peneliti memberikan himbauan dan motivasi kepada siswa untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas minggu depan.
b.      Peneliti menutup pelajaran
3.Observasi dan Interpretasi
Observasi dipandang merupakan teknik yang paling tepat untuk mengumpulkan data pada berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari antusiasnya siswa dalam suasana belajar mengajar di kelas,seperti memberikan kontribusi keilmuan dengan cara memecahkan  berbagai masalah yang diajuan baik oleh peneliti atau temannya, siswa dalam menerima pelajaran di dalam kelas tidak ada yang mengantuk, main-main, bersenda gurau, makan-makan, dan lain sebagainnya.
            Hal ini yang menjadi indikator keberhasilan metode problem solving (pemecahan masalah) ini adalah siswa kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi lebih sering membaca buku-buku bacaan yang dapat menunjang terhadap materi pelajaran Fiqih disekolah, buku-buku ilmiah dan lain sebagainya, apakah itu di perpustakaan sekolah dan lain-lain.
            Pelaksanaan metode problem solving (pemecahan Masalah) di kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi sterlihat memperoleh hasil yang sangat memuaskan untuk sementar waktu. Para siswa bila dilihat sebelum diterapkan metode problem solving (pemecahan masalah) ini terlihat begitu kurang bersemangat, tidak siap menerima materi pelajaran, ada yang main-main, tidur-tiduran, mengantuk, dan lain sebagainnya. Begitu materi pelajaran disampaikan melalui metode problem solving (pemecahan masalah), maka siswa banyak antusias, bersemangat dan aktif dalam memberikan kontribusi keilmuan memecahkan masalah suatu permasalahan), sehingga suasana dalam kelas terlihat lebih hidup

  1. Analisis dan Refleksi.

            Sesuai dengan apa yang telah peneliti teliti, ternyata metode problem solving pelajaran Fiqih kelas VII D,E melalui  perencanaan tindakan yang telah dibuat sebelumnya, maka dapat diambil sesuatu kesimpulan bahwa metode tersebut telah memberikan hasil yang maksimal. Ini terbukti dengan bersemangatnya siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dikelas sehingga suasana kelas menjadi hidup. Walaupun demikian dalam metode ini terdapat beberapa kelemahan yang sangat mendasar, sehingga perlu adanya suatu pembenahan guna mencapai hasil yang maksimal dalam penerapan metode ini dikelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi. Pembenahan (refleksi ) tersebut adalah:
a.       Guru hendaknya jangan terlalu sering menjawab terhadap permasalahan yang diajukan siswa, guru hanya memberikan stimulus agar supaya siswa dapat dengan mudah memecahakan berbagai masalah yang diajukan oleh siswa dan guru.
b.      Guru jangan hanya terpaku dengan metode problem solving ini, guru harus perlu menggunakan metode-metode lainnya yang dapat menunjang terhadap pencapaian berbagai tujuan, dan tak lupa pula guru harus mencatat pelajaran Fiqih tersebut, karena siswa mudah lupa apabila materi-materi tidak dicatat.
c.       Guru harus memberikan reward (penghargaan) bagi siswa yang selalu agresif dalam memecahkan berbagai permasalahan dan memberikan remedial bagi siswa yang tertinggal.
d.      Siswa harus selalu memperhatikan terhadap berbagai permasalahan yang sedang diajukan, karena begitu siswa lengah dan tidak memperhatikan semenit saja, maka dia akan dapat memecahkan permasalahan yang ada, dan kemungkinan besar jawabannya akan ngelantur kemana-mana.

C. Siklus penelitian.
         Dalam pelaksanaan penelitihan ini, yang kami lakukan di MTsN Malang III Gondang Legi. Kami menggunakan dua siklus dengan waktu lima kali tatap muka dan tiga pokok bahasan di antaranya. Bersuci dari Hadats,Najis dan Kotoran;.
Sesuai dengan rencana tindakan yang kami buat pada siklus pertama kami akan menggunakan teknik  Jigsaw dengan mempersilahkan dari beberapa siswa untuk menjelaskan  pelajaran yang dipelajari sesuai dengan kemampuan masing-masing dari beberapa literature yang mereka baca dari buku perpustakaan maupun dari buku lainnya memberikan penghargaan bagi mereka yang beragresif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari permasalahan yang ada dan teknik ini kami gunakan dalam pokok bahasanBersuci dari Hadts, Najis dan Kotoran. Dan pada siklus yang kedua kami gunakan dengan teknik community learning dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok lalu mendiskusikan materi yang akan dibahas dengan sesama teman serta beberapa pengalaman dari mereka yang kami gunakan pada pokok bahasan Istinja’ dan Pembahasan Wudhu.

D. Pembuatan Instrumen.

Dalam penelitihan ini peneliti di lapangan menjadi kunci utama, peneliti mengumpulkan data dalam setting alamiah, dimana peneliti bertindak sebagai isntrumen kunci. Dari pada itu peneliti juga berperan sebagai perencana dan pelaksanaan tindakan yang terlibat lagsung dalam pelaksanaan penelitihan tindakan kelas, dengan mengumpulkan serta menganalisis data, selanjutnya melaporkan hasil penelitihan.pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpulan data. Instrumen pendukung lainnya adalah pedoman observasi, dan test.
E. Pengumpulan data.
            Penelitian yang dilaksanakan dikelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi ini menggunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian berlangsung, diantaranya adalah :
a.      Pendekatan Partisispatif (Partisipatif Approach)
Pendekatan ini digunakan untuk lebih menjadikan suasana dalam kegiatan belajar  mengajar lebih hidup, sehingga peneliti terlibat secara langsung (berpatisipasi) dalam hal pengumpulan data yang diinginkannya (validitas data) dan terkadang pula mengarahkan obyek yang diteliti untuk melaksakan tindakan atau arahan yang mengarah kepada data yang diinginkan oleh peneliti.
b.Interview (Wawancara)
            Interview ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan metode pembelajaran problem solving yang telah disampaikan dalam proses kegiatan belajar mengajar, guna mendapatkan data yang valid, yaitu langsung dari sumbernya.
b. Observasi
            Observasi dalam hal ini bertujuan untuk melihat segala aktivitas siswa kelas VII D,E dalam mata pelajaran Fiqih yang dilaksanakan oleh peneliti mengadakan kegiatan belajar mengajar  didalam kelas dengan menggunakan metode problem solving (observasi langsung dan ikut terlibat didalamnya) sehingga peneliti dengan mudah mendapatkan gambaran suasana kelas dan peneliti bias menentukan berbagai macam data yang diinginkan.
Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti mengadakan pengamatan dengan pengambilan data dan hasil belajar siswa, dengan format di bawah ini (Lampiran I): dengan  catatan :
a.       Setiap siswa dapat memahami permasalahan yang mereka pelajari dan mendapatkan dasarnya secara akurat.
b.      Sebagian kecil siswa yang kuarang agresif timbul kepercayaan diri dalam diri mereka suatu wujud keberanian untuk ikut serta dalam pembahasan tersebut walaupun masih kurang.
c.       Siswa dapat mempertanggung jawabkan setiap pertanyaan yang menyangkut setiapa pelajaran dalam bentuk bias menjawab segala pertanyaan yang menyangkut permasalahan pelajaran yang mereka pelajari.

F. Indikator Kinerja.            

            Ketika  kegiatan belajar mengajar dengan melalui metode problem solving (pemecahan masalah) di kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi maka akan terlihat indikasi keberhasilan dari metode ini, yaitu berupa peningkatan motivasi belajar siswa dengan aktifnya siswa dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan Agam Islam yang berlangsung. Hal ini dapat dilihat dari antusiasnya siswa dalam suasana belajar mengajar dikelas,seperti memberikan kontribusi keilmuan dengan cara memecahkan  berbagai masalah yang diajukan baik oleh peneliti atau temannya, siswa dalam menerima pelajaran didalam kelas tidak ada yang mengantuk, main-main, bersenda gurau, makan-makan, dan lain sebagainnya.
            Hal ini yang menjadi indikator keberhasilan metode problem solving (pemecahan masalah) ini adalah siswa kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi lebih sering membaca buku-buku bacaan yang dapat menunjang terhadap materi pelajaran Fiqih di sekolah, buku-buku ilmiah dan lain sebagainya, apakah itu di perpustakaan sekolah dan lain-lain.
            Pelaksanaan metode problem solving (pemecahan masalah) di kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi terlihat memperoleh hasil yang sangat memuaskan untuk sementara waktu. Para siswa bila dilihat sebelum diterapkan metode problem solving (pemecahan masalah) ini terlihat begitu kurang bersemangat, tidak siap menerima materi pelajaran, ada yang main-main, tidur-tiduran, mengantuk, dan lain sebagainnya. Begitu materi pelajaran disampaikan melalui metode problem solving (pemecahan Masalahan), maka siswa banyak antusias, bersemangat dan aktif dalam memberikan kontribusi keilmuan memecahkan masalah suatu permasalahan), sehingga suasana dalam kelas terlihat lebih hidup.




 

 

 

 

 

 




[1] Muhibin Syah, “ Psikologi Pendidikan”PT Remaja Rosdakarya , Bandung: 2003, hlm: 171
[2] Muhibin Syah, “ Psikologi Pendidikan”PT Remaja Rosdakarya , Bandung: 2003, hlm: 167

[3] Muhibin Syah, “ Psikologi Pendidikan”PT Remaja Rosdakarya , Bandung: 2003, hlm: 167

[4] Dr. Dimyati, “Belajar dan Pembelajaran”, PT Rineka Cipta. 1994. hlm 86
[5] Anselm,Strauss & Juliet corbin.1997. Dasar-dasar Penelitia Kuantitatif ( Prosedur Teknik dan Teori Graunded ). Penyadur Djunaidi Ghony. PT Bina Ilmu, hlm:11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar