BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Semua manusia di dalam hidupnya di dunia ini, selalu
membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut Agama. Mereka merasakan
bahwa dalam hal jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha
Kuasa, temapat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan Nya. Hal semacam ini terjadi pada masyarakat
yang sudah modern. Mereka akan merasa tenang dan tenteram hatinya kalau mereka
dapat mendekat dan mengabdi kepada Dzat Yang Maha Kuasa.
Karena itu maka manusia akan selalu berusaha untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan hanya cara
mereka mengabdi dan mendekatkan diri kepada Tuhan itu berbeda-beda sesuai
dengan agama yang dianutnya. Itulah sebabnya, bagi orang-orang Muslim diperlukan
adanya Pendidikan Agama Islam, agar
manusia dapat mengarah kepada fitrah mereka tersebut kearah yang benar,
sehingga mereka akan dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam.
Tanpa adan ya Pendidikana Agama dari satu generasi berikutnya, maka orang akan
semakin jauh Agama yang benar.
Dengan adanya gambaran tersebut maka dalam konsep
Penelitian Tindakan Kelas ini akan mencoba meneliti dan mencari jalan keluar (way
out} dalam pendidikan dan pengajaran
dengan jalan melatih anak-anak untuk menghadapi masalah-masalah dari yang
paling kecil sampai kepada masalah yang sulit yang akan mereka hadapi pada
kehidupan yang akan datang, karena seperti dalam penjelasan diatas bahwa untuk
mencari kehidupan yang mawadah warahmah tidak lepas dari permasalahan yang akan mereka
hadapi sebelum dan pada waktu menjalani
kehidupan yang sebenarnya. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti
masalah tersebut dan mengangkatnya dalam penelitian action research,dengan
judul “meningkatkan motivasi siswa melalui metode Problem Solving Terhadap
Mata Pelajaran Fiqih di kelas VII D,E MTsNI Malang III Gondang Legi”.
B. Rumusan masalah
Dalam penelitian
akan menjawab pertanyaan-pertanyaan atau menginformasikan jalan keluar dalam
menghadapi permasalahan-permasalahn hidup melalui pendidikan dan pengajaran.
- Apakah penerapan metode problem solving dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam memahami mata pelajaran pendidikan agama Islam di kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi?
- C. Tujuan penelitian
Pada
penelitian ini bertujuan untuk :
- Untuk mengetahui dampak dari penerapan metode problem solving terhadap peningkatan motivasi belajar siswa kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi.
- Melatih keberanian anak dan rasa tanggung jawab dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan kelak dimasyarakat.
D. Manfaat
Penelitian.
- Sekolah lembaga.
Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi lembaga sekaligus kerangka
acuan dalam mengembangkan hal-hal yang perlu dikembangkan yang berkaitan dengan
pemecahan masalah segala kesulitan belajar. Sehingga kesulitan belajar siswa
dapat diatasi.
- Guru.
Sebagai tolak ukur bagi metode yang telah
disampaikan oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar dikelas, sehingga
guru dapat menggunakan metode
yang lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar guna mencapai terhadap berbagai tujuan yang
diinginkan.
- Siswa.
Disamping
penguasaan bahan pelajaran siswa juga sekaligus merupakan latihan berfikir kritis dan analitis dalam menghadapai masalah-masalah kehidupan
kelak.
- Peneliti.
Dapat menambah
hasanah keilmuan penelitian khususnya peneliti dan pembaca pada umumnya
sehingga dapat mengembangkan pengetahuan-pengetahuan dengan wawasan yang lebih
luas baik secara teoritis maupun praktis.
E. Hipotesis Penelitian.
Penilitian ini
dimakdsudkan untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan metode problem
solving terhadap peningkatan
motivasi siswa dalam semangat belajar siswa kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang
Legi sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Maka untuk merealisasikan
tujuan tersebut perlu dirumuskan sekenario tindakan pembelajaran, alat
pembelajaran dan personalianya dan lain sebagainya.
Sekenario tindakan pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan setiap hari senin, dan peneliti ikut
berpatispasi didalamnya, artinya sebagai Guru Fiqih Kelas VII D,E MTsN Malang IIII
Gondang Legi. dalam pelaksaanya , guru mengajukan suatu metode problem solving (pemecahan masalah) kepada sisiwa dan
menjelaskan tentang langkah-langkahnya dalam mata pelajaran Fiqih Kelas VII D,E
MTsN Malang III Gondang Legi, kemudian
guru menyuruh siswa untuk belajar dari berbagai buku yang dapat
menunjang terhadap materi Pendidikan
Agama Islam tersebut agar suasana kelas menjadi hidup. Kemudian pada pertemuan
selanjutnya dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dikelas, guru mengajukan suatu permasalahan, kemudian guru meminta
kepada siswa untuk memecahkannya, atau sebaliknya siswa megajukan suatu
permasalahan kemudian guru mengajak siswa dengan cara memberikan stimulus untuk
memecahkannya secara bersama-sama, setelah itu guru menyimpulkan dan memberikan motivasi kepada
siswa untuk terus giat dalam belajar disertai dengan menutup pelajaran, begitu
pula dengan pertemuan berikutnya.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Pendidikan dapat diartikan
sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembanagn
jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama sehingga pendidikan dipandang
sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam dalam membentuk
generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.
Dalam proses pendidikan Islam, metode tepat guna bila ia mengandung
nilai-nilai yang interistik dan ekstrintik sejalan dengan materi pelajaran
secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai yang
ideal yang terkandung dalam tujuan
Pendidikan Agama Islam. Antara metode, kurikulum dan tujuan pendidikan islam
mengandung keterkaitan yang ideal dan operasional dalam proses kependidikan.
Oleh karena proses kependidikan mengandung makna internalisasi dan transformasi
nilai-nilai Islam kedalam pribadi
manusia didik dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman,
bertaqwa dan berilmu pengetahuan yang
amaliah mengacu kepada tuntutan agama dan tuntutan kebutuhan hidup bermasyarakat.
( Ismail sm, 2001 : 20).
B.
Pengertian Problem Solving.
Dalam
proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam metode problem solving menurut
lowson adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir
secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh
kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah-masalah secara rasional, lugas, tuntas.
Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep. Prinsip-prinsip dan
generalisasi instight (tilikan
akal)[1]
Sedangkan menuruit Reber
problem solving adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara
logis dan rasional (sesuai akal sehat) yang bertujuan ialah untuk memperoleh
aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. siswa
diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan
memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat,
logis, dan sistematis.[2]
C. Unsur-unsur Metode Problem Solving
Setiap siswa pada prinsipnya tentu
berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yag memuaskan. Namun
dalam kenyataan sehari-hari tampak jelas perbedaan dalam hal kemampuan
intelektual, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang mencolok antara
siswa dengan siswa yang lain.
Selanjutnya menurut
Geone seorang education
psicolog (pakar psikologim pendidikan) yang masyhur menganjurkan empat unsure penting
yang harus diimplementasikan dan mengatsai permasalahan siswa :
1.
Transfer positif, yaitu
transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya.
2.
Transfer negatif, yaitui
transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya.
3.
Transfer vertical, yaitu
transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/ktrampilan
yang lebih tinggi.
4.
Transfer inerval, yaitu
transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/ ketrampilan
selanjutnya.[3]
Selanjutnya dalam implementasi dari pada metode problem
solving terdapat unsure kekurangan
dan kelebihannya;
Kelebihan metode problem solving
- Situasi belajar menjadi aktif, hidup bermutu dan berdaya guna.
- Mendidik murid untuk berpikir secara sistematis.
- Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
- Disamping penguasaan bahan pelajaran, sekaligus merupakan latihan berpikir kritris dalam menghadapi masalah-masalah.
- Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapai dan memcahkan masalah secara terampil apabila mengahadapi permasalahan didalam kehidupan keluarga, dan masyarakat kelak.
- Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa acara kreatif menyeluruh, karena dalam proses belajar mengajar siswa banyak melakukan mental, menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.
- Latihan keberanian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri.
Kekurangan metode problem solving.
1.
Menentukan masalah yang tingkat
kesulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya
serta pengetahuan dan pengalamanya yang dimiliki siswa, sangat memerlukan
kemampuan dan ketrampilan guru. Sering orang beranggapan keliru, bahwa metode
problem solving hanya cocok untuk tingkat MTs, SLTP, MA, SLTA dan PT saja.
Padahal untuk siswa SDF sederajat juga biasa dilakukan dengan tingkat kesulitan
permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berfikir anak.
2.
Kesulitan mencari atau memilih
masalah yang tepat, berguna sesuai
dengan kemampuan anak.
3.
Proses belajar mengajar dengan
menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering
terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
4.
Banyak menimbulkan resiko,
terutama bagi murid yang kurang mampu, sehingga akan dapat menyebabkan mereka
frustasi (putus asa) dan rendah diri.
5.
Mengubah kebiasaan siswa
belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar denga hanya berpikir memecahkan
permasalahan sendiri atau kelompok yang yang kadang-kadang memerlukan berbagai
sumber belajar.
6.
Guru akan mengalami
kesulitan dalam mengevaluasi secara tepat proses pemecahan masalahan yang
ditempuh anak didik.
D.
Teknik-teknik dalam Metode Problem Solving
Metode problem
solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar, tetapi juga merupakan suatu proses berpikir, sebab dalam problem
solving dapat menggunakan
metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencarai data sampai kepada menarik
kesimpulan. Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut.
Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh
dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
1. Mencari data atau keterangan yang dapat digunkan untuk memecahkan
masalah tersebut. Misalnya
dengan jalan membaca buku, meneliti, bertanya, berdiskusi dan lain sebagainnya.
2.
Menetapkan jawaban sementara
dari permasalahan tersebut. Dengan jawaban
ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh pada langkah
kedua di atas.
3.
Menguji kebenaran jawaban
sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha betul-betul yakin
bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok, apakah sesuai dengan jawaban
sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini
tentu saja diperlukan metode lainnya, seperti
demonstrasi, tugas, diskusi dan lain sebagainnya.
4.
Menarik kesimpulan, artinya
siswa harus sama kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
( saiful bakhri dkk, 1996: 104)
Disamping langkah tersebut juga terdapat langkah-langkah yang lain
yaitu sebagai berikut:
1.
Pengenalan masalah kesulitan
masalah.
2.
Pengidentifisian masalah.
3.
Sara-saran mengenai berbagai
kemungkinan pemecahan.
4.
Pengujian hipotesis.
5.
Memferifikasikan
kesimpulan p2Muhainÿÿ dkk :ÿÿÿÿ9 ÿÿ
ujl360
E.
Pengertian Motivasi.
Menurut Gleirma
dan Reber , pengertian dasar
motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti
pemasuk daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.
Dalam perkembangan
selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam.
- Motivasi interistik.
- Motivasi ekstritik.
Motivasi Interistik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
yang dapat mendorongnya melakuakan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi
interistik siswa adalah per0asaan menyenangi materi dan kebutuhan nya terhadap
materi tersebiut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yanmg bersangkutan.
Adapun motivasi ekstrintik adalah hal dan keadaan yang
datang dari luar individu siswa juga yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan
orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh kongkrit motivasi
ekstrintik yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan
motivasi. Baik yang bersifat eksternal akan menyebabkan kurang semangatnya
siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi –materi pelajaran baik
disekolah maupun dirumah.[4]
F.
Karakteristik Motivasi.
Adanya
pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada motivasi
tersebut justru mengisyaratkan guru bertindak taktis dan kreatif dalam
mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dihayati, dialami, dan
merupakan kekuatan mental pembelajaran belajar. Dari siswa, motivasi tersebut
perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan
dampak pengiring, yang selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat,
sebgai perwujudan emansipasi kemandirian tersebut terwujud dalam cita-cita atau
aspirasi siswa, kemampuan siswa,kondisi siswa, kemampuan siswa mengatasi
kondisi lingkungan negatif, dan dinamika siswa dalam belajar. Dengan demikian,
miotivasi belajar pada siswa, yang harus didentifikasikan oleh guru,
seyogyannya dikelola dalam acara pembelajaran.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.Setting penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTsN Malang III Gondang Legi pertama
kali berdiri dengan nama dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan
prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantitatif ( pengukuran )[5]
1.Perencanaan
tindakan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
efektifitas dari penggunaan metode problem solving terhadap peningkatan
semangat belajar siswa kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi sebagai upaya
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Maka untuk merealisasikan tujuan
tersebut perlu dirumuskan skenario tindakan pembelajaran, alat pembelajaran dan
personalianya dan lain sebagainya.
·
Skenario tindakan pembelajaran
Penelitian ini dilaksanakan setiap hari Sabtu, dan peneliti ikut
berpartisipasi di dalamnya, artinya peneliti sebagai guru Fiqih Kelas VII D,E.
dalam pelaksanaannya, guru mengajukan suatu metode problem solving (pemecahan
masalah) kepada siswa dan menjelaskan tentang langkah-langkahnya dalam mata
pelajaran Fiqih Kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi, kemudian guru
menyeluruh siswa untuk belajar dari berbagai buku yang dapat menunjang terhadap
materi Fiqih tersebut agar suasana kelas menjadi hidup. Kemudian pada pertemuan
selanjutnya dalam pelaksanakan proses balajar mengajar di kelas, guru
mengajukan suatu permasalahan, kemudian guru meminta kepada siswa untuk
memecahkannya, atau sebaliknya siswa mengajukan suatu permasalahan kemudian
guru mengajak siswa dengan cara memberikan stimulus untuk memecahkannya secara
bersama-sama, setelah itu guru menyimpulkan dan memberikan motivasi kepada
siswa untuk terus giat belajar disertai dengan menutup pelajaran, begitu pula
dengan pertemuan berikutnya.
2.Implementasi
Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan
dua siklus selama 5 x pertemuan dan tiap siklus dengan 3x pertemuan dan 2x
pertemuan, tepatnya setiap hari Saptu . Kegiatan
tersebut yaitu:
Pertemuan
awal
Pada Tanggal
18 Agustus 2007
Tahap awal:
a.
Membuka pelajaran.
b.
Perkenalan antara peneliti dan
siswa
Tahap inti.
a.
Peneliti mengadaka dialog
dengan siswa mengenai pelajaran Fiqih secara global.
b.
Peneliti memberikan pertanyaan
kepada siswa mengenai pelajaran Fiqih secara global.
c.
Peneliti menawarkan metode
problem solving dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
d.
Peneliti memberikan pemahaman
mengenai metode problem solving dan langkah-langkahnnya.
Tahap akhir
a.
Peneliti memberikan himbauan
dan motivasi kepada siswa untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi
yang akan dibahas minggu depan.
b.
Peneliti menutup pelajaran.
Pertemuan
kedua.
Pada tanggal 18
Aguatus 2007
Tahap awal
a.
Membuka pelajaran.
b.
Pemberian motivasi dan
appersepsi.
Tahap inti
a.
Peneliti mengadakan dialog
dengan siswa mengenai pelajaran Fiqih secara global.
b.
Peneliti memberikan pertanyan
kepada siswa mengenai pelajaran Fiqih secara global.
c.
Peneliti menawarkan metode
problem solving dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
d.
Peneliti memberikan pemahaman
mengenai metode problem solving dan langkah-langkahnya.
Tahap akhir
a.
Peneliti memberikan himbauan
dan motivasi kepada siswa untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas minggu depan.
b.
Peneliti menutup pelajaran.
Pertemuan
ketiga.
Pada tanggal 25
Agustus 2007
Tahap awal:
a.
Membuka pelajaran.
b.
Perkenalan antara peneliti dan
siswa
Tahap inti :
a.
Peneliti mengadakan dialog
dengan siswa mengenai pelajaran Fiqih secara global.
b.
Peneliti memberikan pertanyaan
kepada siswa mengenai Fiqih secara gobal.
c.
Peneliti menawarkan metode
problem solving dalam kegiatan belajar dikelas.
d.
Peneliti memberikan pemahaman
mengenai metode problem solving dan
langkah-langkahnya.
Tahap akhir
a.
Peneliti memberikan himbauan
dan motivasi kepada siswa untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi
yang akan dibahas minggu depan.
b.
Peneliti menutup pelajaran
Pertemuan
keempat.
Pada tanggal 25
Agustus 2007
Tahap awal :
a.
Membuka pelajaran
b.
Perkenalan antara peneliti dan
siswa.
Tahap inti :
a.
Peneliti mengadakan dialog
dengan siswa mengenai pelajaran Fiqih secara global.
b.
Peneliti memberikan pertanyaan
kepada siswa mengenai Fiqih secara gobal.
c.
Peneliti menawarkan metode problem
solving dalam kegiatan belajar dikelas.
d.
Peneliti memberikan pemahaman
mengenai metode problem solving dan
langkah-langkahnya.
Tahap akhir
a.
Peneliti memberikan himbauan
dan motivasi kepada siswa untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi
yang akan dibahas minggu depan.
b.
Peneliti menutup pelajaran.
Pertemuan kelima.
Pada Tanggal
1 september 2007
Tahap awal :
a.
Membuka pelajaran
b.
Perkenalan antara peneliti dan
siswa
Tahap inti :
a.
Peneliti mengadakan dialog
dengan siswa mengenai pelajaran Fiqih secara global.
b.
Peneliti memberikan pertanyaan
kepada siswa mengenai Fiqih secara gobal.
c.
Peneliti menawarkan metode
problem solving dalam kegiatan belajar dikelas.
d.
Peneliti memberikan pemahaman
mengenai metode problem solving dan langkah-langkahnya.
Tahap akhir
a.
Peneliti memberikan himbauan
dan motivasi kepada siswa untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi
yang akan dibahas minggu depan.
b.
Peneliti menutup pelajaran
3.Observasi
dan Interpretasi
Observasi dipandang merupakan teknik yang paling tepat
untuk mengumpulkan data pada berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Hal ini
dapat dilihat dari antusiasnya siswa dalam suasana belajar mengajar di
kelas,seperti memberikan kontribusi keilmuan dengan cara memecahkan berbagai masalah yang diajuan baik oleh
peneliti atau temannya, siswa dalam menerima pelajaran di dalam kelas tidak ada
yang mengantuk, main-main, bersenda gurau, makan-makan, dan lain sebagainnya.
Hal ini yang menjadi indikator
keberhasilan metode problem solving (pemecahan masalah) ini adalah siswa kelas
VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi lebih sering membaca buku-buku bacaan yang
dapat menunjang terhadap materi pelajaran Fiqih disekolah, buku-buku ilmiah dan
lain sebagainya, apakah itu di perpustakaan sekolah dan lain-lain.
Pelaksanaan metode problem solving
(pemecahan Masalah) di kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi sterlihat
memperoleh hasil yang sangat memuaskan untuk sementar waktu. Para siswa bila
dilihat sebelum diterapkan metode problem solving (pemecahan masalah) ini
terlihat begitu kurang bersemangat, tidak siap menerima materi pelajaran, ada
yang main-main, tidur-tiduran, mengantuk, dan lain sebagainnya. Begitu materi
pelajaran disampaikan melalui metode problem solving (pemecahan masalah), maka
siswa banyak antusias, bersemangat dan aktif dalam memberikan kontribusi
keilmuan memecahkan masalah suatu permasalahan), sehingga suasana dalam kelas
terlihat lebih hidup
- Analisis dan Refleksi.
Sesuai dengan apa yang telah peneliti teliti, ternyata
metode problem solving pelajaran Fiqih kelas VII D,E melalui perencanaan tindakan yang telah dibuat
sebelumnya, maka dapat diambil sesuatu kesimpulan bahwa metode tersebut telah
memberikan hasil yang maksimal. Ini terbukti dengan bersemangatnya siswa dalam
proses kegiatan belajar mengajar dikelas sehingga suasana kelas menjadi hidup.
Walaupun demikian dalam metode ini terdapat beberapa kelemahan yang sangat
mendasar, sehingga perlu adanya suatu pembenahan guna mencapai hasil yang
maksimal dalam penerapan metode ini dikelas VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi.
Pembenahan (refleksi ) tersebut adalah:
a.
Guru hendaknya jangan terlalu
sering menjawab terhadap permasalahan yang diajukan siswa, guru hanya
memberikan stimulus agar supaya siswa dapat dengan mudah memecahakan berbagai
masalah yang diajukan oleh siswa dan guru.
b.
Guru jangan hanya terpaku
dengan metode problem solving ini, guru harus perlu menggunakan metode-metode
lainnya yang dapat menunjang terhadap pencapaian berbagai tujuan, dan tak lupa
pula guru harus mencatat pelajaran Fiqih tersebut, karena siswa mudah lupa
apabila materi-materi tidak dicatat.
c.
Guru harus memberikan reward
(penghargaan) bagi siswa yang selalu agresif dalam memecahkan berbagai
permasalahan dan memberikan remedial bagi siswa yang tertinggal.
d.
Siswa harus selalu memperhatikan
terhadap berbagai permasalahan yang sedang diajukan, karena begitu siswa lengah
dan tidak memperhatikan semenit saja, maka dia akan dapat memecahkan
permasalahan yang ada, dan kemungkinan besar jawabannya akan ngelantur
kemana-mana.
C. Siklus
penelitian.
Dalam pelaksanaan penelitihan ini, yang kami lakukan di MTsN Malang III
Gondang Legi. Kami menggunakan dua siklus dengan waktu lima kali tatap muka dan
tiga pokok bahasan di antaranya. Bersuci dari Hadats,Najis dan Kotoran;.
Sesuai dengan rencana tindakan yang kami buat pada siklus pertama
kami akan menggunakan teknik Jigsaw
dengan mempersilahkan dari beberapa siswa untuk menjelaskan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan
kemampuan masing-masing dari beberapa literature yang mereka baca dari buku
perpustakaan maupun dari buku lainnya memberikan penghargaan bagi mereka yang
beragresif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari permasalahan yang ada dan
teknik ini kami gunakan dalam pokok bahasanBersuci dari Hadts, Najis dan Kotoran.
Dan pada siklus yang kedua kami gunakan dengan teknik community learning dengan
membagi siswa menjadi beberapa kelompok lalu mendiskusikan materi yang akan
dibahas dengan sesama teman serta beberapa pengalaman dari mereka yang kami
gunakan pada pokok bahasan Istinja’ dan Pembahasan Wudhu.
D. Pembuatan
Instrumen.
Dalam penelitihan ini
peneliti di lapangan menjadi kunci utama, peneliti mengumpulkan data dalam
setting alamiah, dimana peneliti bertindak sebagai isntrumen kunci. Dari pada
itu peneliti juga berperan sebagai perencana dan pelaksanaan tindakan yang
terlibat lagsung dalam pelaksanaan penelitihan tindakan kelas, dengan
mengumpulkan serta menganalisis data, selanjutnya melaporkan hasil
penelitihan.pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung
pada dirinya sebagai alat pengumpulan data. Instrumen pendukung lainnya adalah
pedoman observasi, dan test.
E. Pengumpulan data.
Penelitian yang dilaksanakan dikelas VII D,E MTsN Malang III Gondang
Legi ini menggunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proses
penelitian berlangsung, diantaranya adalah :
a.
Pendekatan Partisispatif
(Partisipatif Approach)
Pendekatan ini digunakan
untuk lebih menjadikan suasana dalam kegiatan belajar mengajar lebih hidup, sehingga peneliti terlibat
secara langsung (berpatisipasi) dalam hal pengumpulan data yang diinginkannya
(validitas data) dan terkadang pula mengarahkan obyek yang diteliti untuk
melaksakan tindakan atau arahan yang mengarah kepada data yang diinginkan oleh
peneliti.
b.Interview (Wawancara)
Interview
ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan metode pembelajaran problem solving
yang telah disampaikan dalam proses kegiatan belajar mengajar, guna mendapatkan
data yang valid, yaitu langsung dari sumbernya.
b. Observasi
Observasi dalam hal ini
bertujuan untuk melihat segala aktivitas siswa kelas VII D,E dalam mata
pelajaran Fiqih yang dilaksanakan oleh peneliti mengadakan kegiatan belajar
mengajar didalam kelas dengan
menggunakan metode problem solving (observasi langsung dan ikut terlibat
didalamnya) sehingga peneliti dengan mudah mendapatkan gambaran suasana kelas
dan peneliti bias menentukan berbagai macam data yang diinginkan.
Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti mengadakan pengamatan dengan
pengambilan data dan hasil belajar siswa, dengan format di bawah ini (Lampiran
I): dengan catatan :
a.
Setiap siswa dapat memahami
permasalahan yang mereka pelajari dan mendapatkan dasarnya secara akurat.
b.
Sebagian kecil siswa yang
kuarang agresif timbul kepercayaan diri dalam diri mereka suatu wujud
keberanian untuk ikut serta dalam pembahasan tersebut walaupun masih kurang.
c.
Siswa dapat mempertanggung
jawabkan setiap pertanyaan yang menyangkut setiapa pelajaran dalam bentuk bias
menjawab segala pertanyaan yang menyangkut permasalahan pelajaran yang mereka
pelajari.
F. Indikator
Kinerja.
Ketika kegiatan belajar
mengajar dengan melalui metode problem solving (pemecahan masalah) di kelas VII
D,E MTsN Malang III Gondang Legi maka akan terlihat indikasi keberhasilan dari
metode ini, yaitu berupa peningkatan motivasi belajar siswa dengan aktifnya
siswa dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan Agam Islam yang berlangsung.
Hal ini dapat dilihat dari antusiasnya siswa dalam suasana belajar mengajar
dikelas,seperti memberikan kontribusi keilmuan dengan cara memecahkan berbagai masalah yang diajukan baik oleh
peneliti atau temannya, siswa dalam menerima pelajaran didalam kelas tidak ada
yang mengantuk, main-main, bersenda gurau, makan-makan, dan lain sebagainnya.
Hal ini yang menjadi indikator
keberhasilan metode problem solving (pemecahan masalah) ini adalah siswa kelas
VII D,E MTsN Malang III Gondang Legi lebih sering membaca buku-buku bacaan yang
dapat menunjang terhadap materi pelajaran Fiqih di sekolah, buku-buku ilmiah
dan lain sebagainya, apakah itu di perpustakaan sekolah dan lain-lain.
Pelaksanaan metode
problem solving (pemecahan masalah) di kelas VII D,E MTsN Malang III Gondang
Legi terlihat memperoleh hasil yang sangat memuaskan untuk sementara waktu.
Para siswa bila dilihat sebelum diterapkan metode problem solving (pemecahan
masalah) ini terlihat begitu kurang bersemangat, tidak siap menerima materi
pelajaran, ada yang main-main, tidur-tiduran, mengantuk, dan lain sebagainnya.
Begitu materi pelajaran disampaikan melalui metode problem solving (pemecahan
Masalahan), maka siswa banyak antusias, bersemangat dan aktif dalam memberikan
kontribusi keilmuan memecahkan masalah suatu permasalahan), sehingga suasana
dalam kelas terlihat lebih hidup.
[1] Muhibin Syah, “ Psikologi Pendidikan”PT Remaja Rosdakarya ,
Bandung: 2003, hlm: 171
[2] Muhibin Syah, “ Psikologi Pendidikan”PT Remaja Rosdakarya ,
Bandung: 2003, hlm: 167
[3] Muhibin Syah, “ Psikologi Pendidikan”PT Remaja Rosdakarya ,
Bandung: 2003, hlm: 167
[4] Dr. Dimyati, “Belajar dan Pembelajaran”, PT Rineka Cipta.
1994. hlm 86
[5] Anselm,Strauss & Juliet corbin.1997. Dasar-dasar Penelitia
Kuantitatif ( Prosedur Teknik dan Teori Graunded ). Penyadur Djunaidi
Ghony. PT Bina Ilmu, hlm:11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar